Monday, December 5, 2011

Anak Panah

ANAK PANAH

Pernahkah kamu mengalami suatu keadaan yang membuat hidupmu seperti ditarik mundur, jauh dari harapan?

Pernahkah kamu melihat orang-orang yang dulunya berapi-api tiba-tiba seperti kehilangan semangat bahkan lenyap dari peredaran?

Pernahkan kamu melihat atau bahkan merasakan bahwa orang-orang yang pernah kau lihat (atau bahkan dirimu sendiri) mengalami kemunduran itu, lalu tiba-tiba melesat cepat ke depan dan meraih banyak hasil?

Pasti pernah, bukan?

Kita seperti anak panah di tangan Tuhan.
Ada masa-masa anak panah itu melesat cepat terlepas dari gandewanya menuju sasaran yang dimaksudkan.
Ada masanya anak-anak panah itu harus istirahat dalam kantong-Nya.

Namun di saat yang diperlukan, anak panah itu akan dipasang dalam gandewa-Nya ditarik kebelakang.. Sejauh mungkin untuk mencapai suatu sasaran.

Semakin jauh tarikannya, semakin jauh pula jarak yang akan ditempuh.

Semakin panjang rentang busur menarik ancang-ancang, makin cepat pula anak panah itu melesat.

Jadi...

Jika kau seperti dalam keadaan yang mundur, bersabarlah :

Mungkin Tuhan tengah meletakkanmu di busur-Nya. Menarikmu jauh-jauh ke belakang, agar di saat kau dilepaskan, kau memiliki daya dorong yang kuat untuk mencapai sasaran.

Dan jika kau melihat seorang teman seperti tengah mengalami kemunduran, jangan buru-buru menghakimi dengan mengatakan

"Apinya telah padam"

Jadilah teman yang baik, yang mendampingi di saat temanmu sedang "dimundurkan" karena dengan demikian kau ikut menjaganya agar tidak sampai putus asa dan terkulai.

Kamu, aku, dia, mereka... adalah anak-anak panah ditangan Tuhan.

Hidup untuk mencapai suatu sasaran yang sudah ditetapkan.
Tetaplah semangat, tetaplah bersabar, karena semua akan indah pada waktunya.

God Bless you ({})

Saturday, December 3, 2011

KAKEK BERHATI EMAS

Saat berwisata ke pantai, seorang ibu memanggil anak-anaknya yang sedang bermain dengan riang sambil berlarian.
Anak-anak itu tdk menghiraukan panggilannya sehingga menaikkan emosinya.
Hal ini semata-mata dilakukannya ketika melihat ada seorang kakek tua lusuh dengan goni di punggung yang semakin mendekati mereka.
Kakek itu pakaiannya kelihatan kotor. Dgn tongkat di tangannya, sebentar-bentar dia menunduk & kelihatan memungut sesuatu dari tepian pantai. Sebentar-bentar dia memperhatikan anak2 yg sedang bermain.

Karena berprasangka buruk, ibu itu segera menarik anak-anaknya menjauh dari kakek yang sedang menghampirinya.

Beberapa hari kemudian, Ibu itu kebetulan membaca berita di koran berjudul
"Kakek Berhati Emas Itu Telah Tiada".
Ternyata ada seorang kakek yg sepanjang hidupnya, selama lebih dari 31 tahun, setiap harinya menyusuri pantai mengutip potongan kayu, kaca, paku, botol, kaleng, barang-barang berbahaya dan membersihkan sampah-sampah yang setiap harinya dibuang oleh pengunjung pantai tersebut.
Kalau bertemu dgn anak kecil, kakek itu suka sekali memberikan permen atau mainan buatan tangannnya.
Kakek itu ketika masih muda memiliki seorang anak yang ternyata meninggal dunia akibat tertusuk ranting tajam di pantai tersebut, sehingga dia menghabiskan sisa hidupnya membersihkan pantai itu.

Ibu itu terhenyak ketika memperhatikan foto kakek tua itu dengan seksama.
Itulah wajah kakek yang dia lihat di pantai beberapa hari yang lalu.
Ia sangat menyesalinya karena malah telah berprasangka buruk pada kakek berhati emas itu, hanya karena penampilan kakek yang lusuh itu.

Mari hindari menilai orang dari penampilannya.
Baik buruknya orang adalah dinilai dari pikiran, ucapan dan perbuatannya.

Jauhi hati diskriminasi, maka hidup akan berlimpah sukacita..